Finally, Monaco-Monte Carlo!
Kalau bukan karena lokasinya yang dekat dari Nice dan tiket bus yang hanya 1,5 euro sekali jalan, kami mungkin tak kan menyambangi tempat ini. Yup, Monaco sedari dulu sudah terkenal sebagai tempat para jet set menghamburkan duit mereka. Kami jadi berprasangka, untuk bisa berlibur ke sini kami mesti jadi jutawan terlebih dahulu š . Prasangka yang kemudian terbukti tak benar.
Untungnya, kami tak harus menyewa penginapan untuk sekedar berjalan-jalan di kota yang terkenal dengan Casino Royal dan Grand Prix Formula ini. Nice-Monaco hanya butuh waktu sekitar 50 menit berkendara dengan bus. Kami jelas lebih memilih Nice untuk akomodasi dengan range harga yang lebih terjangkau.
Lihat : Transportasi Umum di Nice Prancis
Kabarnya biaya akomodasi di Monaco termasuk salah satu yang tertinggi di Eropa. Tak heran, penduduk Monaco sendiri lebih banyak yang memilih tempat tinggal di kawasan sekitarnya seperti Villefranche atau Cape Martin untuk akomodasi yang lebih murah.
Dengan luas wilayah yang sangat kecil, perbukitan Monaco tampak dijejali gedung-gedung bertingkat di atasnya. Harap maklum kalau biaya akomodasi di sana pun jadi membengkak. Monaco tak punya cukup lahan untuk membangun banyak hunian.
Selain bukitnya yang tampak dijejali gedung bertingkat dan pelabuhannya yang dipadati dengan yacht mewah milik para jet set yang diparkir di sana, tipikal bangunan di Monaco pun bikin saya tertarik. Bagi peminat arsitektur, hanya dengan sekali lirik pasti tau kalau ini salah satu bentuk arsitektur dengan gaya mediteranian.
Tentu saja itu tak salah. Sayanya aja yang baru mengerti kenapa dinamakan gaya Mediteranian…hahahha.
Model bangunan seperti ini di Eropa pertamakali saya jumpai di Andalusia Spanyol. Dan ternyata, model bangunan di Andalusia itu saya jumpai lagi di kawasan pantai selatan Perancis dan Monaco kali ini.
Setelah mengamati peta, baru saya paham kenapa model bangunan serupa ini dinamakan Mediteranian Style. Italy, Spanyol, Yunani, Maroko, Perancis bagian selatan adalah negara di pesisir Laut Mediterania. Tidak heran kalau model bangunannya tampak serupa, yang kemudian dikenal dengan gaya arsitektur Mediterania.
Warna tanah dan batuan alam dengan variasi warna dari cerah hingga pastel, lengkungan kolomnya, dan pepohonan khas pesisir Mediternia nampak memenuhi sudut-sudut kota Monaco. Sesekali diselingi dengan bangunan bergaya neo klasik seperti yang kami lihat di kompleks Casino Royal.
Tak terkecuali dengan bangunan istana utama di Monaco, Palais Princier. Tempat kediaman raja di Monaco ini, lebih kental dengan suasana mediterania dibandingkan istana di kota-kota lain di Eropa yang nampak lebih bergaya renaissance.
Untuk bisa sampai ke istana ini, kami harus mendaki ke atas bukit dari halte bus Place d’Armes, tempat kami turun dari Nice di Monaco. Palais Princier berdiri di atas salah satu bukit di luar kawasan Monte-Carlo, bersama beberapa bangunan penting lain seperti Musee Oceanographique dan Cathedrale de Monaco.
Monte Carlo sendiri adalah kawasan distrik utama di Monaco, tempat bangunan-bangunan komersil di Monaco berada. Casino Royal, Opera, Yacht Club, Cafe de Paris, Hotel de Paris, dan sebagian area downtown berada di distrik ini.
Tapi, jangan membayangkan jarak yang jauh antar distriknya ya. Monaco ini adalah negara terkecil nomor 2 di dunia. Sehingga lebih sering disebut sebagai city state. Kota sekaligus negara berdaulat. Dibandingkan luas tanah air kita, mungkin hanya seluas satu kecamatan š .
Saking kecilnya, Monaco bisa dikelilingi hanya dengan berjalan kaki. Dengan catatan, kuat naik turun bukit ya… heheheh.
Dahulu dalam sejarahnya, di akhir tahun 1800an, Monaco nyaris mengalami kebangkrutan setelah Roquebrune dan Menton memisahkan diri dan memilih bergabung bersama Perancis. Tak punya sumber pemasukan bagi negaranya, penguasa Monaco pun mengkomersilkan bandar judi Casino Royal di Monte Carlo untuk menarik uang masuk dari para ‘super rich’ dunia. Tak cukup sampai di situ, Monaco pun memproklamirkan diri sebagai negara berstatus tax haven, surga bagi para pemilik modal yang tak menyukai pajak tinggi sebagaimana yang diberlakukan negara-negara Eropa lain.
Hanya butuh waktu singkat, distrik Monte Carlo tempat bandar judi Casino Royal pun terkenal seantero dunia, bahkan menyalib ketenaran nama Monaco itu sendiri.
Sanggupkah Monaco bertahan dari sumber pemasukan negara yang sedemikian untuk sekian tahun ke depan? Untuk pertanyaan yang ini, emak tak punya jawabannya… š
Jejak Islam di Monaco
Ada pertanyaan lain yang juga menggelitik saat kami berkeliling di kota ini. Rupa bangunan dan pohon jeruk yang menghiasi jalan-jalan di kota Monaco, benar-benar mengingatkan saya akan Andalusia. Adakah jejak islam tertinggal di sini?
Saat mengetahui bahwa gaya arsitektur mediterania sangat banyak dipengaruhi oleh arsitektur islam di andalusia, saya tak begitu terkejut. Saya pernah menuliskan tentang Nasrid Palace dan pemukiman bangsa Moor di Granada Andalusia di sini.
Sejauh apa islam menjangkau Monaco dahulu kala, bikin saya lebih tercengang.
Kami memang tak menemukan satu pun masjid di Monaco. Sebagai gantinya, Cathedrale de Monaco berdiri megah di salah satu ruas jalan utama di Monaco.
Walaupun demikian, jejak islam justru terpampang jelas dalam sejarah kota ini. Sejak masa pra sejarah hingga sekarang, Monaco tercatat pernah dikuasai oleh bangsa Phoenix, Yunani, Romawi, Saracens, Genoa dan Dinasti Grimaldi. Does it ring a bell to you?
Yes, Saracens adalah nama yang diberikan oleh penduduk Eropa abad pertengahan bagi bangsa Muslim. Tentu saja bagi umat islam saat ini, nama itu terdengar asing, karena nama itu memang dipopulerkan oleh kaum non muslim Eropa abad pertengahan. Tapi kalau membaca sejarah pesisir Perancis Selatan, termasuk Monaco, istilah ini banyak kita temukan.
Dalam sejarah tertulis Monaco, sebelum abad ke-10 Masehi, Monaco yang saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Provence Perancis, memang pernah diduduki oleh bangsa muslim sebelum William II dari Provence dan Marquis de Turin Ardouin le Glabre kemudian bersekutu mengusir keluar bangsa muslim dari pesisir selatan Perancis.
Meski demikian, saya menduga jejak islam jauh lebih panjang dari itu. Sebuah dugaan sederhana yang seketika menyeruak saat saya menyaksikan deretan pohon jeruk di sepanjang ruas jalan area downtown kota Monaco.
Pemandangan yang sama dengan yang kami dapati di kota Cordoba. Pohon jeruk yang menjadi warisan para sultan di Cordoba bagi Andalusia.
Surga Para Jet Set
Sementara itu, Monaco yang kami lihat saat ini, adalah kota dengan identitas super lux yang sangat lekat. Sedikit lebih mewah dibandingkan Cannes yang kami kunjungi sehari sebelumnya. Kalau Cannes masih punya aura casual, di Monaco aura regal nan mewah terasa hingga ke level maksimum. Sampai kami kemudian sibuk berpikir, berapa banyak orang di dunia yang hidup dengan level lifestyle seperti ini. Setengah penduduk dunia? Seperempat? Atau bahkan hanya sepersekian?
Setidaknya, kami masih bisa menikmati potongan pizza tuna dan spaghetti dengan harga yang masih wajar. Kalau ingin makan dengan harga wajar (untuk ukuran Eropa ya..), boleh melipir ke beberapa restoran sekitar Condamine Market dekat Place D’Armes. Condamine market adalah tempat warga lokal biasa berbelanja dan nongkrong untuk makan. Masih lebih terjangkau dibandingkan restoran di area old town, apalagi Cafe de Paris š .
Semua memang terasa lebih mahal di sini. Makanan, penginapan, transportasi dalam kota sampai harga gantungan kunci…hahaha. Beruntung kami bukan kolektor gantungan kunci, bahkan membelinya sebagai buah tangan pun tak kami sempatkan.
Buah tangan kami adalah apa yang anda baca saat ini. Kumpulan memori kalau kami pernah berjalan di bawah langit sore Monaco yang berwarna biru violet dan menghirup udara yang sama dengan para jet set. Walaupun setelahnya kembali pulang dan menghadapi kenyataan hidup yang tak selalu diterangi kemilau harta. Well, life is still beautiful without all those bling-blings, anyway š .
Bravo..suka baca tulisannya Mb Rahma..padat berisi..semoga kita juga punya ksempatan keliling Eropa..walaupun oleh2nya nanti hnya skedar foto2 plus instastory di IG ššš
waah…ada maknya aira ngasih komen š makasih dah mampir di mari yuk.aamiin..aamiin.insya allah aira ma rubi jg nanti ada kesempatan keliling2 š