Ada satu kebiasaan turis Asia yang dikenal di Eropa selain kegemaran akan ber-selfie ria, yaitu shopping. Di setiap pusat perbelanjaan di Eropa kita akan familiar dengan wajah-wajah Asia. Tak terkecuali di Vienna, ibukota negara Austria.
Mungkin karena pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia yang cukup bagus beberapa tahun terakhir, dan berkembangnya kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur sebagai primadona baru destinasi wisata di Eropa membuat kawasan pusat perbelanjaan di Vienna hampir tak pernah sepi dari kunjungan turis Asia.
Walaupun masih mengandalkan berbagai merek chain store dan flagship store yang sudah lama dikenal seperti Zara, Louis Vuitton, Swarovski, Burger King, dan merek-merek terkenal lainnya, Vienna juga menawarkan shopping spot lain dan pengalaman kuliner yang harga dan cita rasanya cukup sesuai untuk turis Asia seperti kami.
Fashion Items
Untuk kualitas barang yang middle range, pilihan kami adalah di Mariahilfer Strasse sesuai saran para reviewer di Trip Advisor.
Mariahilfer Strasse sendiri adalah nama sebuah jalan yang membelah kota Vienna dari persimpangan jalan di Auer Welsbach Park, tidak jauh dari Schloss Schonbrunn, dan berujung di persimpangan jalan dengan Museumplatz. Menjadikan kawasan pusat perbelanjaan ini sebagai yang terpanjang di Eropa.
Untuk fashion store-nya sendiri paling banyak kami temukan di ruas jalan antara stasiun Wien Westbahnhof dengan Stiftskirche.
Favorit kami adalah Humanic dan CCC shoes & bags.
Bukan hanya karena saya menyukai produk sepatu kulit buatan Eropa tapi karena 2 toko ini tidak kami temukan di semua kota di Eropa. Barangkali hanya ada di kota-kota di Eropa tengah.
Alasan lain, karena harganya ga bikin jebol kantong para traveler hemat macam kami 🙂
Di Humanic kita bisa belanja produk sepatu dan tas dari merek-merek seperti Tommy Hillfiger, S’Oliver, Ugg ataupun merek-merek lokal yang belum banyak diketahui oleh kita seperti Kate Gray, Kennel & Schmenger dan Bugatti. Produk jualan yang dipajang biasanya adalah produk dengan reduced price.
Dan bagi anda penggemar produk kulit dengan tagline ‘made in Europe’, cobalah melipir ke CCC shoes & bags. Di sini beli produk kulit made in Europe ga perlu menjerit karena harga yang menguras kantong. Dengan harga sekitar €50 kita sudah bisa membawa pulang sepasang sepatu kulit dengan tagline yang makin langka itu. Harap maklum, bukan saja Indonesia, produk China merambah di semua negara-negara Eropa.
Belanja tas dan sepatu di sini mesti liat-liat juga ya. Karena tak semua produknya adalah made in Europe. Hanya ada beberapa varian barang yang memasang tagline made in Europe.
Kalo masih pengen beli produk kulit kualitas tinggi harga miring tapi tak pengen made in RRC cobalah jalan-jalan ke Garut. Eaaaa…. 😀
Souvenir
Ini wajib..kudu..harus diketahui para traveler. Ya tohh..? Walaupun udah dinasehati untuk tak meminta oleh-oleh dari mereka yang keluar negri, tetap saja souvenir ini jadi barang wajib yang kudu dibawa para traveler setiap pulang bepergian dari kota lain.
Mungkin karena masyarakat kita yang hidupnya komunal, yang apa-apa mesti berbagi sama saudara, tetangga, kawan-kawan, atau mungkin juga karena kita pengen menyimpan benda yang mengingatkan kita akan perjalanan kita. Toh souvenir pun tak harus dibagi kan? Walaupun kalau dibagi dengan ikhlas akan bernilai sedekah..eiiyymm *kedip-kedip.
Saya pribadi tak begitu menyukai souvenir mainstream yang banyak dijual di toko-toko souvenir. Yang bentuknya biasanya sama tiap kota, tiap negara, hanya beda tulisan nama kota atau negaranya saja. Yang di Indonesia bisa kita temui di pasar Asemka ataupun itc.
Bagi saya, tak mengapa souvenir tak bertuliskan nama kota yang kami kunjungi, toh wujudnya pun sudah punya kenangan tersendiri bagi kami. Yang paling penting, bentuknya unik dan harganya masuk akal.
Di stasiun Wien Hauptbahnhof kami menemukan satu toko souvenir yang sesuai kriteria kami. Well…lebih tepatnya toko pernak-pernik, karena ia tak hanya menjual barang-barang untuk souvenir tapi juga barang untuk keperluan lain seperti barang untuk keperluan pesta.
Nama tokonya NANU-NANA. Terletak tidak jauh dari area Food Court di lantai -1.
Rata-rata barang yang dijual di sini harganya tidak lebih dari €5. Saya bahkan menemukan produk keramik yang sama persis di NANU-NANA dijual seharga €2,95, di toko souvenir di Budapest dijual dengan harga €8.
Kuliner
Saya tidak mengetahui banyak soal sejarah hubungan negara Austria dengan bangsa Asia, tapi di Vienna kami menemukan banyak sekali restoran khas Asia. Entah itu resto sushi, ataupun kedai chinese food. Boleh jadi ini karena tingginya permintaan dari para wisatawan asing yang banyak datang dari Asia, atau memang karena pergeseran selera masyarakat Austria.
Menariknya lagi, kebanyakan resto Asia tersebut tidak menjual menu dengan daging babi. Ini tentu saja cukup menolong saya yang muslim, yang hanya makan produk halal.
Walaupun untuk daging sapi dan ayamnya, saya tak memiliki banyak informasi, pun tak tau apakah ada lembaga yang memberi sertifikat halal di Austria. Tapi bagi kita yang muslim, pilihan makanan Turki dan seafood cukup banyak dijumpai di kota ini.
Kami cukup sering menanyakan soal kehalalan daging sapi dan ayam di restoran kebab yang kami jumpai, dan rata-rata menjual daging ayam dan sapi yang halal. Beberapa bahkan dengan jelas memasang logo halal di restorannya. Walaupun tentu saja tidak semua seperti itu. Asal kita rajin bertanya, insya allah kita tak akan kelaparan di Vienna.
Di kota ini juga kami sempat mencicipi menu mie goreng udang yang lezatnya sama dengan mie goreng yang dijual di resto-resto Indonesia. Tepatnya di sebuah restoran Asia tidak jauh dari stasiun Wien Westbahnhof. Hanya sekali naik tram 60 dari halte Schloss Schonbrunn turun di halte Staglgasse. Lokasi restonya tepat di seberang halte tempat kami turun.
Seporsi mie goreng seafoodnya dijual seharga €9,5 cukup untuk dimakan berdua dengan anak saya.
Di resto lain bernama Asia Gourmet kami mencicipi spicy mango curry dengan udang yang endeuss baget. Ga heran banyak yang mengantri untuk makan di sana. Lokasinya berada di area food court dalam stasiun Wien Hauptbahnhof lantai -1. Untuk spicy mango curry-nya layak dapat 2 jempol. The best pokoknya.
Mungkin karena ini pengalaman saya pertama makan kari dengan udang dan mangga, jadi rasanya berkesan banget. Saya baru tau kalau kari dengan citarasa chinese food bisa seenak ini. Kuah mangga yang kental berpadu dengan bumbu kari, udang dan sayuran. Bisa banget buat inspirasi warung makan di tanah air yang berlimpah hasil panen buah mangga.
Dessert
Berkunjung ke Eropa pasti familiar dengan berbagai macam dessert manis yang dijual di berbagai cafe atau restoran. Tapi di Vienna, pilihan kami justru jatuh pada dessert yang dipopulerkan di Thailand. Ice Cream Rolls.
Harganya memang tidak murah dibandingkan ice cream biasa. Porsi paling kecil untuk frozen yogurtnya paling murah €2,70 tanpa topping. Sedangkan ice cream roll-nya hanya tersedia dalam ukuran cup besar. Tentu saja masih jauh lebih murah dibandingkan saya harus terbang bermil-mil jauhnya ke Thailand hanya untuk menikmati ice cream ini 😀
Soal kehalalannya, kita bisa men-skip krim kocok yang ditambahkan di atas ice cream roll jika kita meragukan kehalalannya. Ice cream rollnya sendiri hanya terbuat dari susu kental manis dan cacahan buah yang bisa kita pilih.
Ice cream roll ini tak sengaja kami temukan saat berjalan-jalan ke shopping area di kawasan Mariahilfer Strasse. Letaknya tepat di seberang outlet Humanic.
Pilihan lain kami untuk urusan dessert adalah Cafe Fraunhuber di kawasan Karntner Strasse, sekitar 500 meter dari Vienna State Opera .
Cafe ini tercatat sebagai cafe tertua yang ada di kota Vienna, dan konon pada masa awal cafe ini berdiri dahulu kala, Mozart pun biasa tampil bermain musik di sini.
Saat saya berkunjung pukul 9 malam, cafe ini masih buka, walaupun hanya ada sepasang kakek dan nenek yang sedang menyantap makan malamnya. Bapak pelayan yang nampaknya juga sudah berusia lanjut, tampak akrab mengobrol dengan mereka. Saya mengamati mereka dari jendela di samping kursi saya, sembari menikmati interior klasik cafe tempat nongkrong Mozart dan kawan-kawannya ini.
Saya memesan sepotong sacher torte dan segelas cranberry juice. Sacher torte saya pesan, karena dessert manis kebanggaan kota Vienna ini tak sempat saya cicipi di toko aslinya yang terletak satu gedung dengan Hotel Sacher. Pun tak berniat membelinya untuk oleh-oleh. Sepotong sacher torte sudah saya rasa cukup untuk memuaskan rasa penasaran saya.
Rasanya…sama aja kayak cake yang lain. Hahahah. Mirip cake cokelat jadul buatan ibu saya. Atau memang yang dibuat ibu saya itu namanya Sacher Torte, tak taulah.
Kalau dicari bedanya, mungkin ada pada teksturnya yang padat tapi tak bantat seperti brownis, dan tak seringan sponge cake yang biasa dipake untuk black forest cake. Rasanya juga tak begitu manis, malah ada rasa sedikit getir, mungkin karena pemakaian jenis cokelat yang rendah kandungan gula.
Saya membayar tak sampai €10 untuk sepotong sacher torte dan segelas jus cranberry yang saya pesan. Cukup terjangkau untuk ukuran cafe yang legendaris dan punya nilai historis.
Supermarkt
Tak ingin keluar duit banyak untuk membeli makanan, anda tentu bisa masak atau beli makanan jadi yang tinggal dihangatin di microwave. Atau kalau mau sehat tinggal beli buah atau salad dalam kemasan siap santap. Kemana lagi mencarinya kalau bukan ke supermarket terdekat.
Di Vienna, kami biasa berbelanja di supermarket BILLA yang letaknya dekat dengan penginapan kami. Di supermarket ini kita bisa membeli beberapa cemilan untuk oleh-oleh ataupun untuk bekal di perjalanan. Harganya jauh lebih murah daripada kita membeli di lokasi-lokasi wisata. Kelebihan lainnya, jam operasional supermarkt biasanya selalu lebih panjang dibanding toko makanan. Sehingga kita tak perlu khawatir kalau harus berbelanja lebih pagi ataupun lebih larut.
Saya membeli beberapa bungkus cokelat di supermarket ini untuk dibawa pulang. Oleh-oleh seperti cokelat juga bisa anda temukan di berbagai supermarket lain yang tersebar di kota Vienna.